Starring : Paul Dano, Zoe Kazan, Chris Messina, Annette Bening, Antonio Banderas
Writer : Zoe Kazan
Directors: Jonathan Dayton, Valerie Faris
Setelah Dayton dan Faris membuat saya tertawa geli dengan kebodohan-kebodohan yang diciptakannya melalui Little Miss Sunshine (2006). Kini mereka kembali membuat saya mengernyitkan dahi dengan ide cerita yang cukup unik dan menggoda rasa penasaran saya.
Pernah bermimpi punya kekasih yang sempurna? Atau hidup bersama kekasih idaman? Saya sih tidak. Tidak sedang bermimpi maksudnya, karena saya memang sudah memiliki kekasih idaman. Namun berbeda dengan Calvin ( Paul Dano ), seorang novelist sukses yang sangat kesepian dengan hidupnya. Karena kesepiannya itu dia rutin bertemu dengan kakaknya ( Chris Messina ), memelihara seekor anjing sebagai penghibur untuk kehidupan sosialnya, serta menjadi pasien soerang psikiater untuk menumpahkan keluh kesahnya.
Suatu hari, psikiater Calvin menyarankan agar Calvin mulai menulis tentang seorang wanita impiannya. Calvin pun mengikuti saran dari sang psikiater. Di dalam bayangannya, wanita itu bernama Ruby Sparks, memiliki karakter yang disukai Calvin dan fisik yang menjadi idamannya. Namun, betapa terkejutnya Calvin ketika suatu hari ia terbangun dan menemukan Ruby (Zoe Kazan) , wanita yang menjadi tokoh dalam mimpi dan tulisannya itu tiba-tiba muncul di hadapannya.
Ruby Sparks |
Calvin yang terkejut dan mengira dia sedang bermimpi lekas menyegarkan kesadarannya. Namun yang dia temukan tetap Ruby yang sedang berdiri di hadapannya. Ini bukan mimpi, wanita yang dia karang dalam tulisannya muncul berdiri di depan matanya.
Sejak kemunculan Ruby, hari-hari Calvin jadi lebih berwarna, dia tidak lagi sendiri dan merasa kesepian. Ditambah, karakter sifat dan fisik Ruby merupakan karangan wanita yang diidam-idamkan oleh Calvin. Namun sayang, kehadiran Ruby ternyata tidak memperbaiki hubungan sosial Calvin dengan sekitar. Calvin menjadi sangat egois dan mulai possesif terhadap Ruby. Bahkan saat pertengkaran mulai berlangsung, Calvin tidak segan-segan untuk mengetik suatu hal pada mesin ketiknya agar Ruby mengikuti apa yang diinginkannya.
Calvin and Ruby |
Diluar kompleksitas karakter Calvin yang membuat penonton kesal, senang bahkan terkadang benci. Film ini menawarkan sesuatu yang berbeda, yang baru dan tidak biasa. Kreatif dan Unik mungkin cukup menjelaskan maksud yang ingin saya sampaikan mengenai film ini.
Zoe Kazan, yang merangkap menjadi penulis sekaligus aktris di dalam film ini, mungkin juga merasakan hal yang sama seperti Calvin, mungkin saja saat ia menulis cerita film ini, ia juga membayangkan karakter pria semacam apa yang diinginkannya. Lalu tiba-tiba pria itu muncul dan menjadi kekasihnya.
Plot yang diberikan pun sederhana, Tidak banyak kemunculan karakter-karakter pendukung sehingga penonton lebih terfokus pada Calvin yang culun, dicampakkan kekasihnya lalu mencoba membuat buku dan memacari karakter yang ada dibukunya.
Chemistry yang terbangun antara Zoe Kazan dan Paul dano tergolong kuat. Momen momen ceria, berbunga-bunga dan pertengkaran mereka tervisualisasikan dengan baik. Sosok jenius yang geek dan tidak pandai bergaul tampak jelas dari wajah Paul Dano. Mereka berdua kompak membuat sebuah tim yang saling melengkapi dan sukses menjadikan kedua tokoh utama tetap menjadi fokus cerita, walau terdapat beberapa karakter lainnya yang mencuri perhatian seperti Annette Bening dan Antonia Banderas yang menjadi orang tua Calvin yang eksentrik.
http://www.heyuguys.co.uk/images/2012/07/Ruby-Sparks-3.jpg Orang tua Calvin |
Hingga pada akhirnya saya sampai pada dua pertanyaan besar di penghujung film, apakah tokoh Ruby tersebut benar nyata atau memang hanya Calvin yang terlalu berkhayal hingga menciptakan delusi yang akut pada karakter Ruby dan bagaimana bisa sebuah mesin ketik masih digunakan dalam sebuah rumah berkonsep minimalis-modern, cukup kontras menurut saya.
Calvin dan mesin ketikny |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar