Selasa, 14 Januari 2014

Edward Scissorhands (1990)



Director: Tim Burton
Writers: Tim Burton (story), Caroline Thompson (story)
Stars: Johnny Depp, Winona Ryder, Dianne Wiest



Gelap, noir, kelam dan berbau hitam. Tim Burton memang luar biasa. Berani meninggalkan Disney Pictures sebagai animator dan mulai mewujudkan film dengan gayanya sendiri. Gaya yang sangat khas ala Tim. Hampir semua film besutan Tim saya suka. Mulai dari Batman, Batman return, Edward Scissorhand, Frankenweenie hingga yang paling fenomenal The Nightmare Before Christmas.

Namun yang ingin saya ceritakan disini hanya satu film yang membuat saya tepuk tangan dengan inti ceritanya. Permainan psikologis sang tokoh dan tentunya grafis hitam putih ala-ala noir yang menjadi ciri khasnya.

Ya, Edward Scissorhand. sebuah film yang sebenarnya berbau romance namun digarap dengan sangat apik menjadi sebuah film 'kelam' yang menarik.

Ingat dengan legenda Frankenstain? Manusia yang dibangkitkan dari kematian dengan menyatukan beberapa bagian tubuh dari mayat-mayat yang dikumpulkan.

Edward Scissorhand pun tidak jauh berbeda dengan itu. Berlatarkan kastil tua dengan detil yang cukup apik sehingga membuat saya yang menontonnya mampu merasakan sedikit kengerian pada kastil tua tersebut.

Semua berawal dari Peg Boggs (Dianne West), seorang penjual kosmetik keliling yang mengunjungi sebuah kastil tua. Disana dia bertemu dengan Edward (Johnny Depp) yang mempunyai tangan seperti gunting (Scissorhands).
Peg and Edward

Sama dengan cerita Frankesntain, Edward adalah hasil dari buah karya seorang penemu yang menciptakan Edward dari beberapa koleksi temuannya. Namun sayang, sang penemu tersebut meninggal sebelum dia sempurna menciptakan Edward. 

Setelah menemukan Edward di sebuah loteng di kastil gelap tadi, Peg memutuskan untuk membawa Edward ke rumahnya. Hingga akhirnya Edward bertemu dengan suami Peg, Bill (Alan Arkin), anaknya, Kevin (Robert Oliveri) dan Kim (Winona Ryder), tetapi saat Peg pertama kali membawa Edward kerumahnya, Kim sedang dalam perjalanan bersama teman-temannya. 

Awalnya semua orang memandang aneh pada Edward, lalu karena keahlian Edward dengan gunting-gunting besar ditangannya, Edward akhirnya diterima oleh tetangga-tetangga keluar Boggs, karena Edward menawarkan jasa gunting rambut dan merapikan tanaman. Keluarga Boggs pun tidak canggung lagi dengan Edward.

Lalu Kim akhirnya pulang bersama pacaranya, Jim (Anthony Michael Hall). Kim tentu saja shock dan kelihatan sedikit tertanggu dengan kehadiran Edward. Dan kehidupan Edward yang seimbang berubah saat teman-teman Kim meminta bantuan Edward untuk mencuri disebuah rumah.

Saya tidak bisa menyangkal, gaya gotik ala-ala Tim Burtonlah yang membuat saya menyukai film ini. Ditambah performa Johnny Deep yang selalu bisa memuaskan para penggemar disetiap perannya. Cukup dengan tatapan mata dan dan pandangan dingin yang dilakukan oleh Deep, saya langsung jatuh cinta dengan tokoh Edward.

Memang jika dibandingkan beberapa karya Tim yang lain, Edward Scissorhand tidak terlalu gotik-gotik amat. Tapi, tetap saya masih bisa menemukan sesuatu yang khas ala-ala Tim Burton di film ini.

Kim and Edward

Ditambah kolaborasi Tim bersama dengan Komposer musik andalannya, Danny Elfman, Tim berhasil menciptakan drama kelam yang luar biasa.


Johnny Deep memang luar biasa. Julukan aktor dengan seribu wajah memang pantas disandangnya. Banyak tokoh yang hampir saja tertutup oleh aktingya di film ini. Sebut saja Winona Ryder yang seharusnya membangkitkan gairah romance di film ini jelas kalah total oleh akting Depp. Begitu juga dengan Dianne West, Alan Arkin, dan Anthony Michael Hall, mereka hampir tidak bisa bersaing dengan Deep di film ini. Namun di film ini juga comeback Hall cukup memuaskan karena sangat berbeda dengan karakternya di film The Breakfast Club dan Sixteen Candles. 


Ada satu adegan menarik antara Edward dan Kim, saat Edward membuat sebuah patung dari es, Kim melihat salju-salju berterbangan, dia kemudian keluar dari rumah dan melihat hal yang menakjubkan. Dia melihat Edward memahat es dengan tangan guntingnya dan salju-salju berterbangan disekelilingnya. Kim mulai menari diantara salju-salju tersebut. Kim menikmati detik-detik keromantisan itu. Suasana yang cukup romantis apalagi ditambah dengan iringan musik yang manis.


Namun sayang, proses percintaan Kim dan Edward terbilang absurd, hampir tidak jelas dan terlalu sedikit. Sangat sayang sih menurut saya melihat seharusnya adegan romance dalam film ini bisa mendukung inti ceritanya sendiri.







Tidak ada komentar: